Selasa, 09 Mei 2023

PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

 Oleh: Welly Julita

CGP Angkatan 7 Kaupaten Kaur



Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan pemanfaatan pada aset-aset sekolah yang dimiliki dan dikelola dengan baik oleh seorang pemimpin pembelajaran sebagai sebuah kekuatan / potensi sekolah sesuai kodrat alam dan zaman. optimalnya adalah suatu lembaga pendidikan atau sekolah memiliki sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai suatu tujuan visi dan misi yang sudah direncanakan  

 Sekolah adalah sebuah ekosistem dimana di dalamnya terjadi interaksi, saling mempengaruhui dan saling membutuhkan antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup), sehingga menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis dan membantu proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah: Murid; Kepala Sekolah ; Guru;  Staf/ Tenaga Kependidikan ; Pengawas Sekolah; Orang Tua; Masyarakat sekitar sekolah. Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan; Sarana dan prasarana, sosial, politik, budaya dan agama serta lingkuangan/alam.

Sebagaimana Pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan sebagai sebuah proses “Menuntun segala kodrat yang ada pada anak - anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi - tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat”. Maka, sebagai Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya sekolah, seharusnya memanfaatkan seluruh kodrat alam dan kodrat zaman yang ada sebagai sebuah kekuatan aset yang dimiliki untuk mendorong sebuah agen perubahan transformasi pendidikan dalam mewujudkan merdeka belajar bagi murid dan guru.

Ada dua jenis pendekatan dalam pengelolaan sumber daya di sekolah sebagai ekosistem, yaitu: Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking).

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking), memiliki ciri khusus yakni:

Ø  Pada masalah utama, apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.

Ø  Fokus pada kekurangan

Ø  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.

Ø  Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga

Ø  dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar. 

Ø  Sehingga pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) tidak begitu direkomendasikan dalam upaya mengembangkan komunitas.

Sedangkan Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking), memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Ø  Fokus pada aset dan kekuatan

Ø  menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir,

Ø  memusatkan perhatian pada apa yang bekerja,

Ø  Menggali kekuatan ataupun potensi yang dimiliki.

Ø  Pendekatan berbasis Aset (Asset-Based Thinking) selanjutnya dikenal dengan istilah PKBA (Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset) yang direkomendasikan dalam upaya mengembangkan komunitas.

Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat tergantung pada cara pandang sekolah melihat ekosistemnya: apakah sebagai kekuatan atau sebagai kekurangan. Sekolah yang memandang semua yang dimiliki adalah suatu kekuatan, tidak akan berfokus pada kekurangan tapi berupaya pada pemanfaatan aset yang dimiliki.  Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada:

Ø  kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan

Ø  bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri

Ø  hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. 

Ø  berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.

Melalui PKBA, seorang pemimpin (dalam hal ini guru sebagai pemimpin pembelajaran) akan selalu berpikir positif dan melihat bahwa semua faktor biotik dan abiotik yang ada di sekelilingnya dapat menjadi asset dan kekuatan yang dapat dikelolanya. Bahkan saat dia menemukan masalah atau hambatan dapat dipandangnya sebagai aset. Contohnya saat menemukan murid yang keras kepala, maka guru akan melihatnya bahwa murid tersebut memiliki karakter yang tangguh dan gigih.

 

 

 

       Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan maupun pedesaan. Menurut Green dan Haines (2002) mengatakan bahwa dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama sebagai modal utama, yaitu:

  • Modal Utama
  • Modal Sosial
  • Modal fisik
  • Modal Lingkungan / Alam 
  • Modal Finansial
  • Modal Politk
  • Modal Agama dan Budaya 


     Sebagai seorang pemimpin (guru) pembelajaran seyogyanya dapat memaksimalkan pemanfaatkan ekosistem sekolah ( interaksi biotik dan abiotik ) dalam mewujudkan visi dan misi sekolah tersebut , mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ( aset ) dengan Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking) dalam menengembangkan potensi yang dimiliki murid serta mencari alternatif solusi dari permasalahan yang mungkin saja terjadi.

        Dalam pengimplementasiannya langkah yang dilakukan adalah  berdiskusi (kolaborasi) dengan komunitas sekolah terkait sumber daya yang ada , memahami apa saja sumber daya (asset) tersebut , mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ( asset) dalam meningkatkan    keaktifan , percaya diri , keceriaan (merdeka) murid sehingga potensi yang dimiliki murid dapat berkembang 

          Pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran yang berkualitas , melalui diskusi (kolaborasi ) dengan komunitas sekolah bukan hanya pemetaan sumber daya saja yang terbentuk namun ide/gagasan baru yang muncul dalam mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan , aktif serta aman. Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya (aset ) yang dimiliki dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keberagaman yang dimiliki murid.

         Koneksi atau hubungan materi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya ini dapat dikaitkan dengan materi di modul sebelumnya yakni :

  • Filosofi pemikiran KHD tentang tujuan pendidikan dan pengajaran yang berada di modul 1.1 
  • Nilai dan peran guru penggerak di modul 1.2  
  • Menentukan Visi Sekolah yang dapat dilaksanakan melalui pendekatan inkuiri apresiatif dalam BAGJA di modul 1.3 
  • Budaya positif yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan di sekolah pada modul 1.4

Pada modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran Dalam Pengelolaan Sumber Daya ini, kita bisa menggali nilai-nilai positif  baik untuk menerapkan visi sekolah yang berbasis pada kekuatan/asset, budaya positif yang telah ada di sekolah kemudian dikembangkan menjadi visi sekolah yang menuju kepada murid merdeka yaitu dengan memberdayakan dan memaksimalkan aset yang dimilki sekolah agar lebih berdaya guna.

      Hubungan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, dari pebelajaran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di modul 3.2 ini saya telah menemukan hal baru yang tidak saya ketahui dan pahami sebelumnya dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang ada di sekitar sekolah secara kreatif agar program pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana secara maksimal. 

Selama ini saya memiliki pola pikir yang selalu berfokus pada apa yang kurang, apa yang mengganggu dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya saya lihat dengan cara pandang negatif yang semakin lama telah membuat saya lupa akan potensi kekuatan yang ada disekitar saya untuk dioptimalkan. Hal ini kiranya telah mengakibatkan saya menjadi ragu dalam melaksanakan setiap program yang akan dijalankan. 

Bahkan program itu cenderung tidak berjalan yang sering terkendala karena menghadapi persoalan keuangan, sarana dan prasarana sebagai akibat dari pandangan negatif serta minimnya upaya untuk membangun potensi yang ada di sekitar  

Namun sekarang saya telah mengetahui dan memahami bagaimana cara mengelola sumber daya sebagai pemimpin pembelajaran secara optimal dengan menggunakan pendekatan berbasis asset serta dapat memberdayakan seluruh asset yang ada di sekitar komunitas dengan strategi yang kreatif berdasarkan pemetaan 7 aset utama menurut Green dan Haines (2002) yang telah saya pelajari di Program Guru Penggerak pada modul 3.2 ini. 

Salam dan Bahagia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar