Sabtu, 27 November 2010

Tepat Setahun Kepergiannya

Bismillahirrahmanirrohiim.
Hari ini 28 November, tepat  setahun kepergian bak.. (28 November 2009) meninggalkan sejuta kenangan di hati kami…. Tak kan habis cerita tentangnya, semuanya masih terpatri jelas seolah hadirnya masih ada ditengah-tengah keluarga yang tak lagi lengkap ini.. terlebih di hati mak, istri yang  selalu setia menemani bahkan disaat-saat terakhirnya.
Jum at: 27 November 2009
Jum at, bertepatan dengan Idul Adha 1430 H. Seperti biasa saat menyambut hari raya, semangat dan sibuk. Baik Idul fitri maupun Idul Adha.  Bangun pagi-pagi sekali, beres rumah, masak nasi, manaskan gulai. Sholat Ied di lapangan. Bak sendiri pergi lebih dulu, aku dan mak di belakang. Usai sholat, bersalaman dengan orang-orang sambil menunggu bak.. dan pulang bareng. Saat membuka pintu depan, bak bercerita
 “mak ..tadi saat akan berdiri usai sholat, sepertinya kakiku hilang..susah digerakkan..”
“trus sekarang gimana, lihat.. “ penasaran mak memburu, ingin tahu detilnya..
“sekarang sudah tidak lagi.. untunglah tadi ada yang bantu memapahku berdiri.. “  jawab bak sambil berjalan menuju dapur.
“ do lontongmu udah masak, belum? Buatkan bak ya, dikit aja“
“oke, ntar lagi.. oya, luppa.. kita belum lebaran hehe.. map lahir batin ya bak…” kuraih tangan bak, menciumnya. senang berada dalam dekapan sayangnya, merasakan belaian tangannya menyentuh kepalaku, sambil berkata… “semoga gadis kecil bak disegerakan jodohnya…”.
Aku terus saja tersenyum, senang dan bahagia mendengar kata-kata yang baru saja kudengar sambil mengamini bersama mak..  disusul oleh mak… keduanya kelihatan mesra. Terdengar obrolan mereka
“ mak, maafkan kalau pernah menyakitimu..”
“sama-sama, tak ada salahmu denganku, kalaupun ada, sudah dari dulu dimaafkan..”
“ hehe..sudah-sudah mending makan dulu, lapar……”
Usai sholat jum at, bak sempat menghadiri jamuan di rumah tetangga sebelum pulang kerumah, menyapa anak-anak muridku yang waktu itu datang berkunjung, dengan bahasa dan tawa khasnya. Menjawab telepon wo Diana, kakak tertuaku. Menanyaakan keberadaan mereka. Sepertinya sudah tak sabar ingin melihat ke tiga ponaanku yang lucu-lucu itu. Padahal belum sebulan bak mampir kerumah mereka saat akan kontrol ke rumah sakit. Seperti yang kuduga, rumah rame dengan kicauan 4 ponakanku yang lucu-lucu dan ceria saat keempatnya bertemu. Ada yang tertawa, berlarian, menangis, mandi, nonton power ranger, meniru gerakan pahlawan berubah itu, bersepeda, naik mobil-mobilan dan bergelayut manja di bahu datuk dan nenek mereka secara bergantian. Keliling desa sambil bernyanyi, di atas motor bersama datuk .. dan bercerita riang ketika turun dari motor. Bak adalah datuk yang sangat ngemong dengan anak-anak terlebih cucu-cunya, meriah dan hangat terlihat sangat bahagia berada ditengah keluarga besar dan menantunya. Bercerita tentang bayak hal, tertawa dan melucu hingga larut. Seolah ingin meninggalkan kenangan indah disaat terakhirnya. Tak ada yang menduga malam itu ia akan pergi meninggalkan kami semua. Semua berkumpul kecuali Arry.
Malam 28 November 2009
Sekitar pukul 20.00 aku pamit ingin istirahat di kamar.  Kakiku terasa sakit, mungkin karena kecapaian.. bak sempat bertanya kenapa dengan kakiku, saat melihat aku meringis sambil memegang telapak kaki. Aku tak pernah menyangka jika ternyata itu adalah obrolan terakhirku bersama bak ..  aku masuk kamar sambil meletakkan foto wisudaku di toalet kamar. Foto itu sudah lama disimpan karena sudah ada perwakilannya dipajang didinding yang didalamnya ada aku bersama bak. Foto itu tak sengaja dikeluarkan oleh Sulthan malam itu, saat mengambil buku dalam almari..
Detik-detik kepergiannya
Setengah 12 malam. Sayup-sayup terdengar suara ngah lina dan suaminya pamit pulang, kulirik jam di ponselku, jam 23.45. kembali kupejamkan mata, tapi sudah tak lagi mengantuk, ku pandangi fotoku bersama bak.. ingatanku kembali saat hari wisudaku, 2002 silam. Waktu itu bak masih gagah, sebelum stroke menyerangnya Mei 2007 lalu hingga membuat sebagian tubuhnya kurang berfungsi dengan baik. Seisi rumah terlelap. Termasuk mak dan bak. Sepi. Sesekali terdengar suara batuk si kecil Adzkia. Pasti semua  sedang pulas merajut mimpi pikirku. Usai tahajud, mataku tak ingin terpejam.. aku mengeluarkan agenda dan buku yang ingin kubaca. Mulai menulis sesuatu. Sempat ke belakang karena ingin pipis, kulihat pukul 01.50 wib. Aku kembali meneruskan tulisanku. Belum habis sehalaman, aku mendengar suara batuk dikamar sebelah. Itu suara bak. Akhir- akhir ini aku selalu mengawasi bak jika ada apa-apa, apalagi saat aku sempat mendengar dan terjaga. Kebetulan kamarku bersebelahan dengan kamar mereka. aku mulai khawatir bukan hanya dengan kondisi bak tapi juga dengan mak yang hampir tak pernah tidur pulas karena sesak nafas bak sering kambuh dan strokenya pengen diurut/pijit sebelum tidur.. meskipun setiap minggu bak diurut oleh tukang urut.. Mak kadang baru tidur saat bak sudah tertidur. Kembali ke suara batuk bak. Tak biasanya bak batuk pikirku. Aku langsung melompat, mengetok dan membuka pintu kamar mak dan bak yang tak dikunci.. kulihat mak panik, karena tubuh bak mulai melemas. Spontan tanganku meraih tubuh bak, meletakkan kepalanya dipangkuanku, sambil menuntunnya melafaz “LAilahaillallah, Allahu akbar”
“knapa dengan bakmu do?”, panik dan tangis mak memecah malam..
“aku menggeleng sambil terus menuntunnya..”
Tak lama, mungkin hanya 3 menit, dari kamarku- meraih tubuh bak dan meletakkannya dipangkuanku, ..   ku periksa denyut nadi bak, di leher dan ditangannya, tak ada.. mata bak terpejam, tetap dalam posisi tidur.. ku buka matanya, tak ada sinyal..kudekatkan tanganku kelubang hidung  dan mulutnya yang sedikit terbuka, tak ada udara yang keluar..
 “tolong panggil wo dan telp ingahmu, telp dokter… mungkin bakmu masih pingsan…” tangis kepanikan dan cemas suara mak …
 Aku terus diam seolah mengiyakan mungkin bak masih pingsan.. tapi mana keringat bak yang biasanya bayak keluar jika sesak nafas dan jantungnya kambuh…?. Perlahan kuletakkan kepala bak di bantal. Mengambil ponsel di kamarku. Membangunkan wo dan suaminya, mencoba menghubungi ngah lina dan suaminya, berkali-kali tak ada sahutan…mungkin mereka baru tertidur lelap sepulang dari rumah ini. Mencoba menghubungi, istrinya dr. Boy yang biasanya menangani bak, waktu itu dr. Boy sedang pergi haji. Aku maklum, alasannya tak bisa keluar rumah malam –malam.
“Lari ke rumah bakdangmu nduk…pinta mak denganku”
aku langsung berlari menembus dinginnya malam, kerumah salah seorang mantri yang tak jauh dari rumahku. Sekitar pukul 02. dinihari.
Tak lama, kami tiba dirumah kembali. Mantri itu memeriksa denyut jantung, nadi dan membuka mata bak.
“ada apa dg bak Diana kami…?, kenapa dg bak, dia hanya pingsan kan…??!” Tanya mak dan wo penuh harap. Aku terus saja membisikkan Lailahaillallah ke telinga bak. Mungkin mak benar, bak hanya pingsan..
Diam. Tak ada jawaban.. tetangga kiri kananku  sudah ada disitu sambil memijit kaki bak.
Menit berselang ngah lina dan suaminya datang bersama dokter Haris.., langsung memeriksa kondisi bak. Semua berharap ada keajaiban malam itu. Tanpa basa basi dokter itu mengatakan bak sudah tiada. “Dokter pasti salah, Periksa sekali lagi dokter..” pinta ngah sambil berurai air mata..
“ bapak sudah tiada” jawab dokter seolah tak hirau dengan perasaan kami.
“Huuuuu….”
“Bbaaaaak…”
Mak histeris, wo dan ngah juga. perlahan kuusap wajah bak, sambil menyusun tangannya. Innalillahi wainnailaihi rooji uun..  aku menghambur memeluk mak, menangis sambil membisikkan sesuatu ditelinganya:
“Mak.., kita boleh menangisi bak sepuasnya… tapi kita gak boleh meratapi kepergian bak.. itu akan membuat bak sakit dan menderita.. ruh bak masih ada dikamar ini, di rumah ini, sedang melihat kita mak.. buat bak tersenyum dan bangga melihat anak istrinya kuat dan ikhlas melepas kepergiannya mak..” . Ngah dan Wo menghambur dengan suami mereka.
Kulepas pelukan mak saat kurasa tangis mak mulai mereda, namun tetap menangis.. masih memijit kaki bak.. seolah yakin bak sedang pingsan dan kelak akan sadar..  perlahan kupegang jemari mak, dan tetanngaku, mencoba menghentikan pijitan mereka. “ikhlaskan bak pergi.., sakit kakinya diurut..”
“tapi do, badan bakmu masih panas… dia hanya pingsan…” mak berusaha meyakinkanku.
“ mak..,selama 6 jam, tubuh mayat masih panas, setelah itu mulai dingin .. “ hiburku.
Selanjutnya bak sudah diangkat diruang tengah, kuselimuti tubuh bak dengan kain kesayangannya.. bergantian kami menciumi wajah bak yang seolah tersenyum.., merangkul bak erat, mengelus rambutnya yang mulai memutih..sebelum wajanya ditutup.
Pukul 03… wib. Ku tanya ngah dan wo, bolehkah menghubungi Arry. Adikku yang sedang dalam perjalanan menuju Lampung bersama kedua temannya. Baru saja berangkat sore tadi untuk tes CPNSD besoknya.. Saat diizinkan untuk menghubungi Arry, terdengar nada sambung diseberang, kuserahkan HP dengan ngah Lina,
“ Arry lagi dimana kini?, pulanglah dek… bak kita udah nggak ada… huuuuuuu” telp ditutup…
Hari mulai terang, Satu persatu tetangga, kerabat, kenalan, relasi bak dan keluargaku mulai berdatangan silih berganti.. aku tak ingin beranjak pergi meninggalkan bak barang sekejap kecuali saat shalat dan mandi.. berada disamping mak, mencoba menghibur dan memberi kekuatan  buat mak… walau sebenarnya aku rapuh dan sangat kehilangan.. dalam diam dan tilawahku.. terus bermunajad semoga Allah berikan ampunan dan pahala buat bak..tempat terindah disisiNya, dijauhkan dari siksa kubur, diterima amal ibadahnya, gantikan rumah dan ahli keluarganya yang jauh lebih baik daripada di dunia dan semoga Allah beri kami, anak-anak dan istrinya kekuatan dan keikhlasan sepeninggalnya. Dijauhkan dari fitnah dunia.
Sabtu sore, pukul 16,.. wib.
Ku raba tubuh bak yang dingin dan kaku, sengaja belum dimandikan, menunggu Arry..   sesekali   ku buka penutup wajah bak, mencium dan mengelus tubuhnya berselimut kain..air mata ini seolah tak pernah kering.. teringat semua kenangan bersama bak.. , mengelus punggung mak dan membetulkan jilbabnya yang mulai tak rapih.. Semua menunggu kedatangan Arry untuk memandikan bak. Setiap saat keberadaannya dipantau untuk memastikan dimana posisinya. Arry dikabarkan tiba pukul 16.00 wib, Semua peralatan mandi dan kain kafan bak sudah disiapkan. Dari jendela kulihat cuaca mendung, awan tebal seolah akan turun hujan… aku terus berdoa, ya Allah.. hormatilah kedatangan bak, lancarkan proses pemakamannya hingga selesai..
Selang beberapa menit, Arry tiba di rumah, menghambur dekat kepala bak, membuka penutup wajah, mencium dan mendoakan bak.. syukurlah adikku terlihat tegar jauh dari dugaanku..
Wajahnya tersenyum
Ada yang membisiki adikku untuk segera memandikan jenazah bak. Baju bak digunting, aku dan mak ikut memandikan. Pundakku disentuh mang burman, adik bak.. “do, lihat bakmu, dia tersenyum… wajahnya putih bersih do…“. ya, wajah bak putih, bersih dan tersenyum seolah ingin tertawa ketika dimandikan. Saat adikku membersihkan duburnya, tak ada kotoran sedikitpun, bersih..
Hujan gerimis saat jenazah bak dishalatkan dan dimakamkan.. untung  saat hujan semakin deras jenazah bak sudah dimakamkan dan kita sedang mendoakan bak di atas pusaranya. Semua yang ada dipemakaman tetap bertahan… meski dalam keadaan basah kuyup.. saat tiba di rumah, hujan berhenti.  Alhamdulillah ya Allah, kau lancarkan proses pemakaman bak kami...
Firasat itu ada
Sekitar sebulan sebelum kepergiaannya. Setiap kali akan meninggalkan rumah, entah itu pergi ke kantor  atau ke luar kota, usai berpamitan dengan mak dan bak. Ada sesuatu yang singgah dihati, perasaan seperti kehilangan sesuatu, jauh.. entah apa, hingga aku sendiri sulit mengungkapkan ada apa dengan yang kurasa.  Perasaan yang sama ketika sore itu kami semua melepas kepergian Arry. Seolah aka nada sesuatu yang akan hilang tapi apa.. Saat foto wisudaku bersama bak tak sengaja muncul setelah sekian lama disimpan. Atau bahkan saat sedang ngobrol, ada saja omongan bak seolah menyiratkan bahwa dia akan pergi. 
 “Mak.., pengennya nanti lihat anak-anak kita berhasil, ngantarkan si Sultahan ke sekolah.. tapi mungkin waktuku tak sampai ke sana.. badan rasanya tak berdaya”.
 Atau  “nanti siapa lagi temanmu jalan-jalan?”
Beberapa teman sekantorku atau tetangga dekat rumah seringkali bercerita tentang mimpi mereka melihat dan berada dirumah orang tuaku yang ramai, banyak mobil diparkir… aku hanya tersenyum menanggapi cerita dan tebakan mereka bahwa mungkin  ada kabar baik untukku, akan dilamar orang, karena aku juga mengalami mimpi yang nyaris mirip dg mereka tapi aku menepis mimpi itu, hanya bunga tidur. tidurdalam keadaan hingga firasat –firasat itu  tak kuanggap serius..Lain aku, lain lagi dengan wo, sore itu saat melepas Arry, ada cicak jatuh dibahunya. Dan yang lainnya.
Mungkin aku teramat senang dengan hasil kontrol bak minggu lalu, dokter mengatakan jantung, kolesterol dan sesak nafas bak sudah jauh membaik. Dokter mengatakan bak sehat, hanya strokenya lagi yang belum. Meski kami semua sadar bahwa sewaktu-waktu mungkin kami akan ditinggal pergi oleh bak atau kami yang akan mendahuluinya. Bala rezeki maut tak seorangpun tahu kapan waktunya tiba. Bak memang seringkali keluar masuk rumah sakit karena penyakit jantung dan kolesterol yang dideritanya. Terlebih saat bak dinyatakan stroke 3 tahun lalu, anggota tubuh sebelah kanannya sulit digerakkan. Meski masih mampu mengendarai motor. Sesak nafas juga menyerangnya. Dan setiap  kali sesak nafas atau jantungnya kambuh, setiap kali itu pula kami merasa takut, cemas bahkan pasrah jika sewaktu-waktu akan ditinggal olehnya, namun ternyata Allah masih ingin kami bersamanya. Dan vonis dokter itu benar, meski 2 bulan terakhir ini bak bolak balik ke dokter dan rumah sakit, namun minggu ini usai kontrol, bak dinyatakan sehat seperti pengakuannya dengan mak beberapa hari lalu
 “mak, aku sudah bisa berjalan dua kali bolak balik di samping rumah kita tanpa merasa lelah… berarti aku sudah sehat… aku bisa berkumpul lagi bersama teman-temanku..”
.. bahkan saat dia dipanggilpun bak dalam keadaan sehat, sedang tidur.. meski sempat batuk, mungkin sekedar ingin memberi pertanda kepada anggota keluarganya tentang kepergiannya.
Sayang kami dengan bak, ternyata Allah lebih menyayanginya..
Kini Bak telah pergi. Bak tak perlu lagi menahan sakit yang luar biasa saat jantung dan sesak nafasnya kambuh..atau merasa penat dan pegal, pada anggota tubuhnya yang stroke. Bak tak perlu lagi kontrol  setiap bulan, berobat kesana-kemari, atau bahkan tak perlu lagi memilah makanan.. Cukuplah bak beristirahat dengan tenang. Ya Allah.., terangi, luaskan dan muliakanlah bak kami  di alam kuburnya, Jauhkan dia dari siksa kubur. Dan bangunkanlah ia sebuah rumah disyurgaMu, pertemukanlah kami bersamanya kelak di syurgaMu.. dan beri kami kekuatan, kesabaran serta keikhlasan untuk membahagiakan mak.. memuliakan orang tua kami, sebagaimana mereka menyayangi kami diwaktu kecil..

2 komentar:

  1. hik...hik jadi terharu nie,, smoga bak ibunda guru diterima disisinya,,and kini lgi tersenyum bahagia di surga.. amin

    BalasHapus
  2. amin ya robbal 'alamiin...
    mkasih atas komentar & doanya..

    BalasHapus