PEMBELAJARAN BERDIFERENSI
Oleh: Welly
Julita
Dokumentasi pribadi: Proses Pembuatan Buket Graduation (Diferensiasi Proses)
Saat pertama kali mendengar kata Pembelajaran Berdiferensiasi,
yang ada dalam benak saya adalah pembelajaran yang berbeda. Karena kata
Diferen, serapan dari kata Different yang
berarti perbedaan/berbeda. Tapi berbeda dari segi apa dan bagaimananya
saya belum paham waktu itu. Saya juga pernah ikut
pelatihan IKM, Implementasi Kurikulum Merdeka, di awal-awal kurikulum merdeka
digaungkan. Sayangnya untuk topik Pembelajaran Berdiferensiasi belum terlalu
jelas dimengerti, karena pelatihan yang seyogyanya dilakukan 3 sampai 4 hari
dipadatkan menjadi 2 hari. Fokusnya waktu itu ke pengenalan Kurikulum Merdeka,
mengenal bagian-bagiannya, termasuk mengenal Pembelajaran Berdiferensiasi itu. Terbukti
saat pretest modul 2.1 saya ragu
memilih jawaban sepertinya benar semua. Efek kurang baca lebih tepatnya. Setelah
ikut kelas kolaborasi dan elaborasi konsep modul 2.1 pengetahuan saya tentang
Pembelajaran Berdiferensiasi makin paham.
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah guru harus mengajar dengan 22 cara
yang berbeda untuk mengajar 22 orang murid. Bukan juga guru harus memperbanyak butir
soal untuk murid yang lebih pintar dari segi kognitif dibandingkan yang lain.
Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan murid
yang pintar dan kurang. Tidak pula guru harus memberikan tugas yang berbeda
untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses
pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian
harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus
berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang
bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk
berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua
permasalahan. Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi itu?
Menurut
Ekplorasi Konsep Modul 2.1 Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan
masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Sedangkan menurut Tomlinson (1999:14) Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru
untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan
belajar individu murid. Jadi dapat dipahami bahwa Pembelajaran Berdiferensiasi adalah pembelajaran yang
mengakomodir segala perbedaan kebutuhan belajar murid (konten, proses dan atau
hasil), dimana guru memahami dan memfasilitasi segala perbedaan dan kebutuhan
belajar muridnya sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan melakukan
asesmen sebagai indikator keberhasilan pra, proses dan hasil belajar murid.
Guru mengemas pembelajarannya dengan apik agar semua murid dapat terlibat dalam
pembelajaran. Jika itu yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi, maka
apa yang selama ini pernah saya lakukan di kelas dan di laboratorium untuk
pembelajaran Kimia dan PKWU Nanoteknologi adalah pembelajaran berdiferensiasi
yang dimaksud.
Lantas bagaimana cara guru
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas?
Guru dapat memulai dengan
memetakan kebutuhan belajar murid, merincikan tujuan pembelajaran dengan jelas
apa yang dilakukan oleh guru dan murid, menyusun scenario pembelajaran yang
mengaktifkan murid dapat belajar dengan baik, menyiapkan alat dan bahan, juga
penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Menyiapkan instrumen asesmen dan
yang paling utama adalah guru harus mampu menguasai kelas dan materi dengan
baik.
Pengalaman saya dalam menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi yang awalnya saya belum tahu jika apa yang telah
saya lakukan ternyata adalah pembelajaran berdiferensiasi adalah saya
seringkali mendapati kondisi dimana ide-ide tak terduga dan menakjubkan itu
muncul dalam pembelajaran saya. Saya bahkan mendapati murid - murid saya
bereaksi dan melakukan hal-hal diluar ekspektasi saya terhadap jalannya
pembelajaran. Apalagi saat mendapati jalannya pembelajaran menjadi berbeda
dengan skenario pembelajaran, Rpp yang kita rancang sebelumnya. Misalnya,
dengan metode Fliped Learning, saya memberikan tugas untuk
murid agar siap belajar pada pertemuan selanjutnya. Saat tiba jadwal
pembelajaran, ternyata pada saat apersepsi, saya memberikan
pertanyaan-pertanyaan pemantik untuk menilai asesmen pra belajar murid. Yang
dalam benak saya, jika mereka belajar sebelumnya maka mereka akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu. Ternya yang terjadi adalah murid tidak merespon
pertanyaan itu, murid belum siap belajar. Alasannya karena ada kegiatan asrama
tadi malam, atau kunjungan si A yang waktu belajar murid jadi terganggu. Di
saat-saat seperti itu ide saya muncul. Saya bereaksi bagaimana caranya agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai dan murid tetap enjoy belajar. Sebut saja pada salah satu pokok bahasan Sifat
Koligatif Larutan, SKL. Saya bagi anak dalam 4-5 kelompok yang heterogen, ada
tutor sebaya pada masing-masing kelompok. Saya berikan kesempatan utk mereka
memilih jenis SKLnya, memilih sendiri alat dan bahannya
(Diferensiasi Konten). Saya juga berikan kebebasan pada masing-masing kelompok
untuk mereka melakukan prosedur percobaan dengan metode dan langkah kerja
yang bervariatif, dilakukan dimana saja, namun tegap dalam koridor tujuan
pembelajaran saat itu (diferensiasi proses) dan pengumpulan tugas dapat
dilakukan dengan pengumpulan video, power point, langsung di hadirkan dikelas,
cerita dan kolase foto dan lainnya (diferensiasi produk). Hasilnya adalah
mencengangkan. ternyata ada murid yang bias membuat es krim hanya dengan bahan
dan alat sederhana dan murah perwujudan dari Penurunan titik beku larutan. Ada
yang membuat kuah dan mpek-mpek, menyuguhkan tanaman dalam pot kaca berisi air,
membuat pepes ikan dan lainnya.
Ada juga pada saat pembelajaran PKWU, saya tugaskan murid-murid dalam kelompoknya untuk membuat “Buket” untuk diberikan ke kakak kelas, kakak sekamar, se-SA (sebutan untuk Student Advisor) dan dijual pada saat Graduation/Wisuda kakak kelas XII mereka April 2023 nanti. Alhasil dari jenis buket yang mereka buat saja sudah mencengangkan hasil dan jenisnya. Jika buket bunga dari bunga kertas itu biasa dijual di pasaran, toko online. Murid Pentagon justru membuatnya dari bunga dan rerumputan basah, bunga dan rerumputan kering, buket dari aneka snack, pigura dari stik bekas tangkai es krim lengkap dengan lampu-lampunya. Terlihat sepertinya sama namun sesungguhnya apa yang murid-murid ini lakukan adalah hal berbeda dan menakjubkan. Inovasi. Ada yang membuat konten video untuk promosi produk dan penjualan, buat channel pemesanan dan lain-lainnya.
Dokumentasi pribadi:
Buket Graduation PKWU Nanoteknologi Pentagon (Diferensiasi Konten dan Produk)
Bagaimana cara agar pembelajaran
berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai
hasil belajar yang optimal?
Ada 5 hal yang dapat dilakukan
oleh guru, yakni:
2.
Menanggapi atau merespon
kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana guru akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid
tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda,
cara yang berbeda,
dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
3.
Menciptakan lingkungan belajar
yang “mengundang’ murid untuk belajar
dan bekerja keras untuk mencapai tujuan
belajar yang tinggi. Bagaimana guru memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu
ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses
belajar mereka.
4.
Memanajemen kelas dengan efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya
fleksibilitas, namun juga struktur
yang jelas, sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin
berbeda-beda, namun kelas
tetap dapat berjalan
secara efektif.
5.
Melakukan Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian
formatif yang telah dilakukan,
untuk dapat menentukan murid mana
yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan, dan kemudian menyesuaikan rencana dan proses pembelajaran.
Apakah ada kaitan antara materi dalam modul
ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak?.
Ya.
Tentu. Di antaranya adalah minat belajar, kesiapan belajar, kebutuhan belajar
serta profil belajar murid, kaitannya ada pada materi kodrat alam dan kodrat
zaman murid. Merdeka belajar. Murid dibebaskan memilih alat dan bahan saat
membuat sebuah proyek, melakukan dengan cara yang berbeda (diferensiasi konten
dan proses) ini salah satu perwujudan dari merdeka belajar itu. Dan masih
banyak lagi yang lainnya.
Intinya saya dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran
berdiferensiasi menghadirkan suasana belajar yang mengaktifkan murid belajar. Guru bukanya disulitkan dengan persiapan pembelajaran, murid dan
guru menjalani proses pembelajaran aneka ragam gaya dan metode yang melelahkan serta
penilaian yang memberatkan. Justru dengan pembelajaran berdiferensiasi, murid dan guru
bisa sama-sama berkreativitas dan berinovasi. Salam semangat guru kreatif dan
murid yang hebat. WJ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar