Rabu, 01 Maret 2023

 

PEMBELAJARAN BERDIFERENSI

Oleh: Welly Julita


                               Dokumentasi pribadi: Proses Pembuatan Buket Graduation (Diferensiasi Proses)

Saat pertama kali mendengar kata Pembelajaran Berdiferensiasi, yang ada dalam benak saya adalah pembelajaran yang berbeda. Karena kata Diferen, serapan dari kata Different yang berarti perbedaan/berbeda. Tapi berbeda dari segi apa dan bagaimananya saya    belum paham waktu itu. Saya juga pernah ikut pelatihan IKM, Implementasi Kurikulum Merdeka, di awal-awal kurikulum merdeka digaungkan. Sayangnya untuk topik Pembelajaran Berdiferensiasi belum terlalu jelas dimengerti, karena pelatihan yang seyogyanya dilakukan 3 sampai 4 hari dipadatkan menjadi 2 hari. Fokusnya waktu itu ke pengenalan Kurikulum Merdeka, mengenal bagian-bagiannya, termasuk mengenal Pembelajaran Berdiferensiasi itu. Terbukti saat pretest modul 2.1 saya ragu memilih jawaban sepertinya benar semua. Efek kurang baca lebih tepatnya. Setelah ikut kelas kolaborasi dan elaborasi konsep modul 2.1 pengetahuan saya tentang Pembelajaran Berdiferensiasi makin paham.

Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah guru harus mengajar dengan 22 cara yang berbeda untuk mengajar 22 orang murid. Bukan juga guru harus memperbanyak butir soal untuk murid yang lebih pintar dari segi kognitif dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan murid yang pintar dan kurang. Tidak pula guru harus memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan. Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi itu?

Menurut Ekplorasi Konsep Modul 2.1 Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Sedangkan menurut Tomlinson (1999:14)  Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Jadi dapat dipahami bahwa Pembelajaran Berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir segala perbedaan kebutuhan belajar murid (konten, proses dan atau hasil), dimana guru memahami dan memfasilitasi segala perbedaan dan kebutuhan belajar muridnya sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan melakukan asesmen sebagai indikator keberhasilan pra, proses dan hasil belajar murid. Guru mengemas pembelajarannya dengan apik agar semua murid dapat terlibat dalam pembelajaran. Jika itu yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi, maka apa yang selama ini pernah saya lakukan di kelas dan di laboratorium untuk pembelajaran Kimia dan PKWU Nanoteknologi adalah pembelajaran berdiferensiasi yang dimaksud.

 

Lantas bagaimana cara guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas?

Guru dapat memulai dengan memetakan kebutuhan belajar murid, merincikan tujuan pembelajaran dengan jelas apa yang dilakukan oleh guru dan murid, menyusun scenario pembelajaran yang mengaktifkan murid dapat belajar dengan baik, menyiapkan alat dan bahan, juga penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Menyiapkan instrumen asesmen dan yang paling utama adalah guru harus mampu menguasai kelas dan materi dengan baik.

Pengalaman saya dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang awalnya saya belum tahu jika apa yang telah saya lakukan ternyata adalah pembelajaran berdiferensiasi adalah saya seringkali mendapati kondisi dimana ide-ide tak terduga dan menakjubkan itu muncul dalam pembelajaran saya. Saya bahkan mendapati murid - murid saya bereaksi dan melakukan hal-hal diluar ekspektasi saya terhadap jalannya pembelajaran. Apalagi saat mendapati jalannya pembelajaran menjadi berbeda dengan skenario pembelajaran, Rpp yang kita rancang sebelumnya. Misalnya, dengan metode Fliped Learning, saya memberikan tugas untuk murid agar siap belajar pada pertemuan selanjutnya. Saat tiba jadwal pembelajaran, ternyata pada saat apersepsi, saya memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik untuk menilai asesmen pra belajar murid. Yang dalam benak saya, jika mereka belajar sebelumnya maka mereka akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Ternya yang terjadi adalah murid tidak merespon pertanyaan itu, murid belum siap belajar. Alasannya karena ada kegiatan asrama tadi malam, atau kunjungan si A yang waktu belajar murid jadi terganggu. Di saat-saat seperti itu ide saya muncul. Saya bereaksi bagaimana caranya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan murid tetap enjoy belajar. Sebut saja pada salah satu pokok bahasan Sifat Koligatif Larutan, SKL. Saya bagi anak dalam 4-5 kelompok yang heterogen, ada tutor sebaya pada masing-masing kelompok. Saya berikan kesempatan utk mereka memilih jenis SKLnya, memilih  sendiri  alat dan bahannya (Diferensiasi Konten). Saya juga berikan kebebasan pada masing-masing kelompok untuk mereka melakukan  prosedur percobaan dengan metode dan langkah kerja yang bervariatif, dilakukan dimana saja,  namun tegap dalam koridor tujuan pembelajaran saat itu (diferensiasi proses) dan pengumpulan tugas dapat dilakukan dengan pengumpulan video, power point, langsung di hadirkan dikelas, cerita dan kolase foto dan lainnya (diferensiasi produk). Hasilnya adalah mencengangkan. ternyata ada murid yang bias membuat es krim hanya dengan bahan dan alat sederhana dan murah perwujudan dari Penurunan titik beku larutan. Ada yang membuat kuah dan mpek-mpek, menyuguhkan tanaman dalam pot kaca berisi air, membuat pepes ikan dan lainnya.

 

Ada juga pada saat pembelajaran PKWU, saya tugaskan murid-murid dalam kelompoknya untuk membuat “Buket” untuk diberikan ke kakak kelas, kakak sekamar, se-SA (sebutan untuk Student Advisor) dan dijual pada saat Graduation/Wisuda kakak kelas XII mereka April 2023 nanti. Alhasil dari jenis buket yang mereka buat saja sudah mencengangkan hasil dan jenisnya. Jika buket bunga dari bunga kertas itu biasa dijual di pasaran, toko online. Murid Pentagon justru membuatnya dari bunga dan rerumputan basah, bunga dan rerumputan kering, buket dari aneka snack, pigura dari stik bekas tangkai es krim lengkap dengan lampu-lampunya. Terlihat sepertinya sama namun sesungguhnya apa yang murid-murid ini lakukan adalah hal berbeda dan menakjubkan. Inovasi. Ada yang membuat konten video untuk promosi produk dan penjualan, buat channel pemesanan dan lain-lainnya.  


Dokumentasi pribadi: Buket Graduation PKWU Nanoteknologi Pentagon (Diferensiasi Konten dan Produk)

Bagaimana cara agar pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal?

Ada 5 hal yang dapat dilakukan oleh guru, yakni:

 1.        Mendefinisikan Tujuan pembelajaran secara jelas. Bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga murid-muridnya.

2.        Menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana guru akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.

3.        Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Bagaimana guru memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.

4.        Memanajemen kelas dengan efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin berbeda-beda, namun kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

5.        Melakukan Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan, dan kemudian menyesuaikan rencana dan proses pembelajaran.

Apakah ada kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak?.

Ya. Tentu. Di antaranya adalah minat belajar, kesiapan belajar, kebutuhan belajar serta profil belajar murid, kaitannya ada pada materi kodrat alam dan kodrat zaman murid. Merdeka belajar. Murid dibebaskan memilih alat dan bahan saat membuat sebuah proyek, melakukan dengan cara yang berbeda (diferensiasi konten dan proses) ini salah satu perwujudan dari merdeka belajar itu. Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Intinya saya dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran berdiferensiasi menghadirkan suasana belajar yang mengaktifkan murid belajar. Guru bukanya disulitkan dengan persiapan pembelajaran, murid dan guru menjalani proses pembelajaran aneka ragam gaya dan metode yang melelahkan serta penilaian yang memberatkan. Justru dengan pembelajaran berdiferensiasi, murid dan guru bisa sama-sama berkreativitas dan berinovasi. Salam semangat guru kreatif dan murid yang hebat. WJ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar